Jumlah Kami Tiga

Kalau ditanya anak ke berapa, gue jawab anak ketiga atau anak terakhir. Lalu mereka bilang "oh bontot ya". Iya, kata-kata itu sudah melekat di telinga gue. Gue pun merasa nyaman dibilang "bontot pasti manja ya", meskipun di bibir jawab engga kok tapi mungkin perilaku dan sifat tidak bisa dibohongi. 

Seperti yang kalian lihat foto diatas, gue punya dua kakak perempuan. Terpaut tujuh tahun dengan kakak tertua dan tiga tahun dengan kakak kedua. Kakak dan Uni, biasa gue panggil mereka itu. Kecil gue jarang main sama kakak. Semua karena umur kita beda jauh, dan gue selalu bikin sebel dia 'katanya'. Sedangkan sama uni gue lebih punya banyak momen bareng karena kita sempat satu sekolah dan tidur sekamar sampai akhirnya kakak nge-kos.

Kalau dibilang akur, ga sama sekali. Ga sekarang, ga dulu. Ya selalu adu argumen. Sering banget gue ngambek karena mereka dulu suka main bareng dan gue ditinggal karena katanya yang kecil ga boleh ikutan, okesip. Sering banget mereka sebelin gue karena rahasia mereka bocor sampai ke ibu gara gara gue. Sering banget gue dibikin nangis karena mereka gamau ngalah sama gue. Sering banget mainan gue dirusakin gara gara kakak. Sering banget uni nyuruh "pergi sana" tiap uni lagi main sama temen-temennya dan gue mau ikutan.

Sekarang? Masalah kita lebih kompleks, argumen pun sudah menyangkut kepercayaan dan ideologi masing-masing. Tapi satu hal yang berbeda dari kita yang dulu. Sekarang kita mulai sadar bahwasanya sudah saatnya kita bersatu melawan omongan orang-orang yang berusaha menjatuhkan kita. Sudah saatnya kita menjadi dewasa dan menerima kenyataan bahwasanya inilah kepribadian kita masing-masing. Sudah saatnya kita menerima kekurangan satu sama lain. Sudah saatnya kita berpikir untuk yang lebih baik.

Omong kosong kalau kita ga pernah berantem dan bisa sampe benci-bencian cuma karena baju kedudukan jadi lecek, atau sisa kue di kulkas dimakan. Tapi pada akhirnya baikan lagi. Cuma dengan "pizza yuk" bisa membuat keadaan jadi kembali seperti semula. Dulu gue selalu mikir, nyebelin banget sih gue sering banget disalah-salahin (cliché), tapi sekarang gue mulai terbuka pikirannya. Hanya mereka yang gue punya, meskipun kita jarang ngomong dari hati ke hati. Tapi setidaknya mereka yang akan nerima gue di dalam situasi kondisi apapun yang akan gue hadapi nanti. Jumlah kita tiga, ga kurang ga lebih.

Now

Comments