Weekend Getaway, Kepulauan Seribu!
Weekend kali ini membuat aku yang sedang menyantap roti panggang cokelat dan susu hangat cokelat ini, teringat kejadian dimana aku bersama wanita - wanita baik melakukan perjalanan weekend getaway ke Kepulauan Seribu beberapa waktu silam. Pulau Harapan, Kepulauan Seribu menjadi destinasi kami saat itu disamping harganya yang terjangkau dan juga terlihat masih terjaga kealamiannya.
Cerita dimulai disaat aku bersama dua wanita lainnya berpikir ingin jalan - jalan bersama. Namun dikarenakan kemungkinan untuk mendapatkan izin cuti bersama - sama sangatlah kecil, akhirnya kami memutuskan untuk "cari yang dua hari aja". Sampailah salah satu dari kita menemukan open trip provider yang terlihat dapat dipercaya dan segera kami membuat booking perjalanan.
Sepulang kantor di hari Jum'at, kami pun berjalan ke stasiun Cikini dan menaiki kereta ke arah Jakartakota. Diantara kami bertiga ada yang belum pernah naik kereta commuterline dan dia berdebar - debar, maklum saja perantau. Lalu kami pun turun di stasiun Juanda dan melanjutkan perjalanan menuju tempat airbnb yang kami sewa di daerah Jakarta Utara. Gunanya agar jarak lebih dekat ke titik temu di pagi buta esok hari yaitu di Dermaga Kaliadem. Perjalanan menuju lokasi yang seharusnya bisa ditempuh sekitar 20 menit saja menjadi satu jam. Yah... Jakarta...Jam pulang kantor, apalagi yang diharapkan? ;)
Mencari airbnb kami |
Sesampainya di airbnb yang kami sewa (which is so simple but nice and clean!), kami pun membersihkan badan siap - siap mencari makan malam. Kami pun berjalan mengelilingi area untuk mencari makan malam serta mencari minimarket.
"Odol ada? Gue ga bawa nih"
"Gausah beli, gue udah punya"
"Apalagi ya yang belum kebeli?"
"Gue cari ikat rambut nih"
Begitulah kira - kira obrolan kami di dalam minimarket yang akhirnya dapat kami temukan menggunakan aplikasi Google Maps. Perlengkapan terbeli, nasi goreng abang gerobak sudah dibungkus, snack untuk malam ini juga sudah ada, kami berjalan kembali menuju tempat kami menginap. Meskipun kami harus bangun pagi buta esok hari bukan berarti kami langsung tidur saat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Malah obrolan semakin intens semakin larutnya malam. Rasanya sudah seperti mengobrol dengan saudara kandung sendiri, tanpa harus takut dihakimi ataupun dinasihati.
Pagi pun tiba, kami mengantre giliran kamar mandi. "Gue duluan." "Yaudah habis lo gue". "Yaudah kalau gitu gue terakhir, gue mandinya cepet kok". Barang- barang dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tas kembali. Transportasi online sudah dipesan. Setelah beberapa lama menunggu kendaraan yang dipesan dan jalanan yang lengang membuat perjalanan terasa singkat, kami pun sampai di meeting point.
Ramai, namun orang yang kami cari tidak ada. Ya, kami kepagian. Setelah akhirnya orang yang dicari datang, kami pun diberi tiket dan diarahkan ke kapal yang akan kami tumpangi. Ternyata uji kesabaran masih berlanjut karena kapal baru benar - benar melaut ketika waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Dengan bunyi mesin kapal yang menggelegar terletak persis disamping telinga kami dan ombak air laut yang masih tenang, kapal pun memulai perjalanan menuju Pulau Harapan, Kepulauan Seribu. Air laut pun mulai berubah warna dari yang gelap, kotor dan dipenuhi sampah sekarang berganti kebiruan dan semakin lama menjadi biru muda tanpa adanya sampah. Tapi ada yang salah rasanya, mengapa lama - lama menjadi mual ya? Mabuk laut pun mulai aku rasakan, salahnya lagi tidak ada satupun dari kami yang mengantisipasi dengan membeli obat mual. Aku berusaha pejamkan mata meskipun perut sudah semakin bergejolak. Syukurlah tidak lama kemudian pulau yang kami tuju sudah terlihat dan kami pun sampai.
Pulau Harapan, Kepulauan Seribu |
Murah dan terjangkau menjadi salah satu hal utama yang dipromosikan oleh penyedia perjalanan - perjalanan ini, sehingga saat kami sampai ada puluhan atau mungkin ratusan orang lainnya yang bertujuan sama dengan kami. Pulau sangat cantik namun karena pengunjung yang tidak bertanggung jawab, banyak sekali sampah berserakan dimana - mana (mass tourism effect). Setelah berkumpul dengan rombongan lainnya dan memilih untuk upgrade kamar, kami ditunjukkan homestay yang akan kami tempati. Convenient room and air conditioner worked properly.
Setelah makan siang, kami berkumpul kembali di kapal nelayan bermotor untuk aktivitas snorkeling di beberapa titik. Disinilah waktu kami terbuang banyak karena salah satu dari rombongan kami ada yang sangat telat dan sangat merugikan orang lain. Ada sekitar satu jam terbuang hanya karena menunggu mereka. Akibatnya waktu snorkeling sangatlah sebentar karena guide kami berusaha mengatur waktu untuk tetap dapat melihat sunset di pulau Bulat.
Kegiatan snorkeling sendiri pun tidak terlalu dapat dinikmati karena waktu yang sempit dan terlalu ramai. Terumbu karang pun menjadi korban oleh mereka yang mementingkan estetika foto. Mereka menginjak - injak terumbu karang semena - mena dan rasanya ikan - ikan pun menyelamatkan diri. Sehingga tidak terlalu banyak jenis ikan yang dapat kami lihat saat itu. Sejujurnya disinilah dapat disaksikan langsung efek dari mass tourism dan kurangnya kesadaran dari pribadi masing - masing yang membawa dampak sangat buruk pada tempat wisata dikunjungi.
Dalam bisik - bisik kami berkata "kita jadi turis yang tidak responsible ya di perjalanan ini". Lalu berjanji tidak akan mencoba yang seperti ini lagi😂
Di pulau yang kami kunjungi pasir pantai masih sangat putih dan air laut masih sangat jernih. Dan ketika kami menyaksikan matahari terbenam di Pulau Bulat, aku sangat takjub luar biasa karena baru pertama kalinya melihat matahari terbenam dengan bentuk yang benar - benar bulat sempurna.
Di salah satu pulau yang kami singgahi |
Pulau Bulat |
Selepas dari semua kegiatan tersebut, kami pun kembali pulang sambil menikmati senja diiringi oleh ombak lautan.
Belajar dari pengalaman. Itulah frasa yang aku taati keesokan harinya sebelum kapal dilepaskan ikatannya dari tempat berlabuh. Aku berlari keluar jendela (keluar masuk melalui jendela yang sejajar dengan jalanan diluar) dan membeli obat ampuh anti mabuk perjalanan, sebut saja Antimo, hahahaha. Tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, aku langsung meminum satu butir sebelum perjalanan dimulai. Sedangkan kedua temanku membelah dua dan meminum masing - masing setengah butir.
Tidak disangka, ombak sangat kencang dan kapal pun seperti kewalahan menerjangnya. Efek dari obat membuatku sulit untuk membuka mata dan hampir tidur sepanjang perjalanan. Namun salah satu kawanku mulai gelisah disampingku.
"Ada apa?" aku bertanya.
"Gue mual,"
"Yah lo gasuka minyak kayu putih ya"
Setelahnya aku hanya bisa memejamkan mata dan tidak sanggup melakukan apa - apa karena pengaruh obat.
Lalu temanku ini membangunkan aku kembali dan meminta sesuatu, aku yang setengah sadar memberikannya plastik. Ternyata yang dia minta karcis.
Temanku ini masih saja gelisah, aku katakan untuk tidur saja. Ternyata dia tidak bisa tidur karena dia harus menunjukkan karcis sedangkan kami berdua tertidur pulas.
Setelah petugas mengecek karcis kami, temanku ini pun berlari ke toilet. Mabuk laut.
"Kak lo tau ga dia muntah?" tanya aku ke teman yang lainnya ketika sudah sampai.
"Gue tau. Tapi gue beneran gabisa melek, karena gue juga lagi nahanin mual. Maaf ya Selly", jawabnya.
Pelajaran berharga lainnya : Jangan minum antimo setengah butir. Terutama ketika ombak sedang tinggi. 😁
Begitulah perjalanan aku bersama kedua temanku ke Pulau Harapan. Kalau bisa disimpulkan, destinasi yang dipilih tidak salah yang salah hanya waktu dan manajemen waktu kegiatannya saja. But did I enjoy it overall? I did! I really did. Karena meskipun menunggu lama dan snorkeling yang dinanti - nanti kurang memuaskan tetapi ini tentang sama siapa kamu berpergian. Bersama dua orang baik ini, aku merasa nyaman, bahagia dan menikmati semua prosesnya. Kembali lagi dengan prinsip 'bukan kemananya yang penting dengan siapanya'. Dan senang sekali diberi kesempatan untuk punya memori weekend getaway bersama mereka. Semoga cepat bertemu lagi ya, kita.
Bekasi, 5 September 2020
Dari aku yang sedang rindu kalian.
Comments
Post a Comment